Gara-Gara Secangkir Susu
Serang, 25 November 2013
06.00.. Membuka
jendela kamar, lalu menghirup udara pagi “Sungguh indah hari ini, mentari
bersinar, embun sejuk, dan ini adalah hari MINGGU !! heum, waktunya untuuuuuk,,,
tiduuur !!” sambil menutupkan jendela dan berbaring di dalam gulungan kain
tebal.
15 menit
kemudian..
“Lalaaaa,
banguuuuuun !”, teriak bunda dari luar kamar.
“Lalaa,
banguuun, udah siang, anak gadis jam segini masih tidur. Ayo banguun, jangan
tidur terus dong, libur juga bukan berarti ngga beraktivitas, bangun-bangun”.
Sambil menarik selimut Lala dan membuka jendela lebar-lebar.
“Aaaah Bundaaaa,
ganggu aja niih, ngantuk Bun, kapan lagi bisa kaya gini” seraya menarik selimut.
“Ngga, ayo
bangun, cepet mandi”. bunda menarik selimut Lala dan mengarahkan Lala ke kamar
mandi.
07.05 Lala menghampiri bunda yang sedang menyiapkan
sarapan.
“Pagi Bundaa”,
sambil mencium pipi bunda.
“Pagiii, naah
gitu kan ennaak, pagi-pagi udah mandi, segeer kan??” bunda masih sibuk menuangkan
air kedalam gelas susu.
“Hmmm, iya iya,
tapi kan Bun, Lala pengen tidur yang luamaaa bangeet, lagian tiap hari di sekolah
terus, ngga pernah bisa tidur banyak kalo bukan hari minggu”. Lala mengolesi
roti dengan selai coklat kesukaannya.
“Iya Bunda
tau, tapi kan ngga baik anak gadis bangun siang, udah cepet sarapan dulu, nih
susunya. Di abisin yah” kata bunda sambil menaruh susu di atas meja dekat Lala.
“Bunda mau pergi ke pasar, mau beli sayuran. Kamu jangan pergi kemana-mana dulu
sebelum Bunda pulang. Bunda pergi sama ayah”, bunda pun bergegas meninggalkan Lala.
“Oke bos !!”
jawab Lala sambil mengacungkan jempol.
“Hmmm, sarapan
sendiri, bosen banget !!”, gerutunya dalam hati sambil menumpangkan tangan ke
dagu.
“Ahaaaa,,
mending sarapannya di depan rumah, sambil liat pemandangan, trus disinarin
matahari deh”. Lala tersenyum, dan berjalan menuju pintu keluar sambil membawa
secangkir susu buatan bunda.
07.15, teras
rumah, duduk di kursi..
Jauh mataku menatap, dalam udara kuhirup,
tenang telingaku mendengar, dan hayal pikiranku melayang. “Terima kasih ya Rab,
sungguh indah nikmat pagi ini J” gumamku dalam hati dengan senyum penuh syukur.
Terdiam
beberapa menit, dengan tatapan mata yang kosong dan pikiran yang melayang…
“Nih susunya
diminum, abisin yah, pelan-pelan tapi minumnya, kan masih panas” kata bunda
memberikan susu kepada Lala dan Rio.
“Iya Bunda”,
jawab Lala seraya mengambil susu dari tangan bunda. Kemudian Rio pun menyusul
menarik susu dari tangan bunda dan langsung meminumnya dalam keadaan panas
hingga susu menjadi setengah dari semula.
“Riooo, minum
susunya pelan-pelan, panaaas, nanti lidah kamu melepuh” ujar bunda.
“Tenang aja Bun,
kan cowok, strong doong !!” Rio mengangkat alis.
“Setong itu
apa???” Tanya Lala dengan penuh kebingungan.
“Hahaaa,,
setong setong, centong kali” tertawa puas meledek Lala.
“Huuu” Lala
cemberut.
“Strong
sayang, bukan setong J. S-T-R-O-N-G. Strong itu artinya kuat, bahasa Inggris itu” kata
bunda sambil merapikan meja makan.
“Ooh, Lala
juga kuat” sambil memegang gelas dengan dua tangan.
“Coba buktiin
kalo kamu kuat. Kita balapan minum susunya. Yang duluan abis itu yang menang,
yang duluan abis itu berarti kuat. Gimanaa???”
“Iya mauuu”, dengan
polosnya Lala menerima tantangan.
“Mulai yaah,
nanti kalo udah di itung sampe tiga, mulai minum susunya”, Rio siap-siap
berhitung.
“Ngga ah, abang
kan susunya tinggal sedikit, Lala masih
banyak. Nanti abang yang menang” sambil menyembunyikan gelas susunya di
belakang pinggang.
“Bisa diatur.
Nih tukeran. Lala minum punya abang, abang minum punya Lala. Nanti Lala
menaang” Rio menyodorkan gelas susu dengan senyum penuh curiga.
“Iya iya Lala
mauu. Nanti Lala menang”, senyumnya mengembang.
Merekapun
bertukar gelas susu, dan Rio bersiap-siap untuk berhitung.
“Siap yah,
satuuu….. duaaaaa…… tiiiiiiiiiiiiiigggggggga !!”
Mereka meminum
susu secara bersama-sama. Lala meminumnya dengan secepat mungkin. Sedangkan Rio
memiumnya dengan saaangat lambat. Tak lama kemudian, Lala pun berteriak.
“Horeeeee….
Lala menaaang, abang kalaah, abang kalaaah, abang kalaaaahh” Lala
melompat-lompat kegirangan.
Rio pun
tertawa terbahak-bahak melihat tingkah adiknya, “Dasar bocah, ditipu mau aja,,
hahaaaaa.. yaudah kamu menang. Yang penting abang minum susu banyak.. hahaaa” Rio
tak henti-henti tertawa.
“Abaaaaaaaaaaaaaaaaaannggggg
!!” Lala marah.
“Bun Rio
berangkat, samlikum” Ia berlari ke garasi mengambil sepeda sambil tertawa
terbahak-bahak.
“Assalamualaikum
Rio bukan samlikum” bunda memperhatikan Rio berlari, dan menahan Lala yang
hendak memukul abangnya karena kesal.
“Iya itu
ajalah, hahaaa” lalu Rio pergi ke sekolah naik sepeda.
“Pergi aja
sanaaa, jangan pulang lagi, iih !!” ujar Lala dengan face kesalnya.
“Iya
hati-hati, waalaikumsalam” sambil mengelus-elus rambut Lala. Udahlah sayang,
biarin aja, gaboleh ngomong kaya gitu J
“tapikan
abangnya ngeselin Bun”, Lala cemberut.
“Lagian Lalanya
mau aja diboongin abang, hehee” bunda tertawa kecil.
“Hmm L, kirain
beneran geh mau balapan, heheee J” Lala pun tertawa kecil dipelukan bunda.
Lala tersenyum
lama dalam pandangannya. Tiba-tiba……
“Laaa, Lalaaa??
bunda menggoyang-goyangkan tubuh Lala.
“Astaghfirullah
Bunda, bikin kaget aja” Lala berdiri dengan sangat terkejut.
“Kamu kenapa
senyum-senyum sendiri diluar gini??? Kaya oraaaaangg??” pikir bunda menyindir.
“iiih Bunda
apaan siih, enak aja” Lala cemberut.
“Terus
kenapa??” bunda dan Lala berjalan menuju dapur.
“Ngga papa,
lagi inget abang waktu minum susu” jawab Lala sambil meneteskan air mata.
Bunda pun
memeluk Lala “Nanti sore kita ziarah ke abang yah”, Lala dan bunda menangis
tersenyum dalam pelukan. J
Millah el-queena